Minggu, 08 November 2009

Surat Dari Tahun 2070 Letter Written In Year 2070

“Dokumen ini dipublikasikan di majalah “Cronica de los Tiempos” April 2002. (Translation in free bahasa: Yuliana Suliyanti, Aug 2007)

Aku hidup di tahun 2070. Aku berumur 50 tahun, tetapi kelihatan seperti sudah berumur 85 tahun. Aku mengalami banyak masalah kesehatan. Terutama masalah ginjal karena aku minum sangat sedikit air putih.

Aku pikir aku tak akan hidup lama lagi. Sekarang, aku adalah orang yang paling tua di lingkunganku. Aku teringat di saat aku berumur 5 tahun. Semua sangat berbeda.

Masih banyak pohon di hutan dan tanaman hijau di sekitar, setiap rumah punya halaman dan tanaman yang indah, dan sangat suka bermain air dan mandi sepuasnya.

Sekarang, kami harus membersihkan diri hanya dengan handuk sekali pakai yang dibasahi dengan minyak mineral.

Sebelumnya, rambut yang indah adalah kebanggan semua perempuan. Sekarang, kami harus mencukur habis rambut untuk membersihkan kepala tanpa menggunakan air.

Sebelumnya, ayahku mencuci mobilnya dengan menyemprotkan air langsung dari keran ledeng. Sekarang, anak-anak tidak percaya bahwa dulunya air bisa digunakan untuk apa saja.

Aku masih ingat seringkali ada pesan yang mengatakan: “JANGAN MEMBUANG AIR” Tapi tak seorangpun memperhatikan pesan tersebut. Orang beranggapan bahwa air tidak akan pernah habis karena persediaannya yang tidak terbatas.

Sekarang sungai, danau , bendungan, dan air bawah tanah semuanya telah tercemar atau sama sekali kering.

Pemandangan sekitar yang terlihat hanyalah gurun-gurun pasir yang tandus.

Infeksi saluran pencernaan, kulit dan penyakit saluran kencing sekarang menjadi penyebab kematian nomor satu.

Industri mengalami kelumpuhan, tingkat pengangguran mencapai angka yang sangat dramatik. Perja hanya dibayar dengan segelas air minum per harinya.

Banyak orang yang menjarah air di tempat-tempat yang sepi.

80% makanan adalah makanan sintesis.

Sebelumnya, rekomendasi umum untuk kesehatan adalah minum 8 gelas air putih setiap hari. Sekarang, aku hanya bisa minum setengah gelas air setiap hari.

Sejak air menjadi barang langka, kami tidak mencuci baju, pakaian bekas pakai langsung dibuang, yang kemudian menambah banyaknya jumlah sampah. Kami menggunakan septic tank untuk buang air, seperti pada masa lampau, karena tidak ada air.

Manusia di jaman kami kelihatan menyedihkan, tubuh sangat lemah; kulit pecah-pecah akibat dehidrasi; ada banyak koreng dan luka akibat banyak terpapar sinar matahari karena lapisan ozon dan atmosfer bumi semakin habis.

Karena keringnya kulit, perempuan berusia 20 tahun kelihatan seperti telah berumur 40 tahun.

Para ilmuan telah melakukan berbagai investigasi dan penelitian, tetapi tidak menemukan jalan keluar. Manusia tidak dapat memuat air. Setidaknya jumlah pepohonan dan tumbuhan hijau membuat ketersediaan oksigen sangat berkurang, yang membuat turunnya kemampuan intelegensi generasi mendatang.

Morphology manusia mengalami perubagan.....

yang menghasilkan anak dengan berbagai masalah defisiensi, mutasi, dan malformasi.

Peemerintah bahkan membuat pajak atas udara yang kami hirup: 137 m per orang per hari (31,102 galon). Bagi siapa yang tidak dapat membayar pajak ini akan dikeluarkan dari “Kawasan Ventilasi” yang dilengkapi dengan peralatan paru-paru mekanik raksasa bertenaga surya yang menyuplai oksigen.

Udara yang tersedia di dalam “Kawasan Ventilasi” tidak berkualitas baik, tetapi setidaknya menyediakan oksigen untuk bernafas.

Umur hidup manusia rata-rata 35 tahun

Beberapa negara yang masih memiliki pulau bervegetasi mempunyai sumber air sendiri. Kawasan ini dijaga dengan ketat oleh pasukan bersenjata. Air menjadi barang yang sangat langka dan berharga, melebihi emas atau permata. Di sini di tempatku tidak ada pohon karena sangat jarang turun hujan. Kalaupun hujan, itu adalah hujan asam.

Tidak dikenal lagi adanya musim. perubahan iklim secara global terjadi di abad 20 akibat efek rumah kaca dan polusi. Kami sebelumnya telah diperingatkan bahwa sangat penting untuk menjaga kelestarian alam, tetapi tidak ada yang peduli.

Pada saat anak perempuanku bertanya bagaimana keadaannya ketika aku masih muda dulu, aku menggambarkan bagaimana indahnya hutan dan alam sekitar yang masih hijau. Aku menceritakan bagaimana indahnya hujan, bunga, asyiknya bermain air, memancing di sungi, dan bisa meminum air sebanyak yang kita mau.

Aku menceritakan bagaimana sehatnya manusia pada masa itu.

Dia bertanya:

Ayah! Mengapa tidak ada air lagi sekarang?

Aku merasa seperti ada yang menyumbat tenggorokanku...

Aku tidak dapat menghilangkan perasaan bersalah, karena aku berasal dari generasi yang menghancurkan alam dan lingkungan dengan tidak mengindahkan secara serius pesan-pesan pelestarian... dan banyak orang lain juga !

Aku berasal dari generasi yang sebenarnya bisa merubah keadaan, tetapi tidak ada seorangpun yang melakukannya.

Sekarang, anak dan keturunanku yang harus menerima akibatnya.

Sejujurnya, dengan situasi ini kehidupan di planet bumi tidak akan lama lagi punah, karena kehancuran alam akibat ulah manusia sudah mencapai titik akhir.

Aku berharap untuk bisa kembali ke masa lampau dan meyakinkan umat manusia untuk mengerti apa yang akan terjadi ...

... Pada saat itu masih ada kemungkinan dan waktu bagi kita untuk melakukan upaya menyelamatkan planet bumi ini.

-Kirimkan surat ini ke semua teman dan kenalan anda, walaupun hanya berupa pesan, kesadaran global dan aksi nyata akan pentingnya melestarikan air dan lingkungan harus dimulai dari setiap orang. Persoalan ini adalah serius dan sebagian sudah menjadi hal yang nyata dan terjadi di sekitar kita. Lakukan untuk anak dan keturunan kita kelak_

OUR PLANET COULD BE CALLED WATER.

BUT REMEMBER, ONLY 3% IS DRINKABLE

Harvest Moon Back To Nature

Walaupun sudah tak sebanyak sekitar tahun 2004 lalu, tapi masih ada beberapa orang yang penasaran dengan beberapa rahasia dalam game ‘Harvest Moon – Back to Nature-‘ ini. Nah, kali ini gue bakal ngasah sedikit rahasia yang gue dapet langsung waktu dulu gue pernah maen ini game...

Lokasi Power Beries

Power Berries memang sangat membantu dalam game ini karena mampu menambah stamina pemain sehingga gejala sakit dapat diminimalisir.

Ada sepuluh lokasi yang berbeda untuk mendapatkannya

  1. Paling mudah adalah dengan menukarkan 1001 medali dalam kuda lokal
  2. Ikutilah progam belanja TV dan setelah kau lo dapet semua produk dapur bakaln ada tawan untuk sebuah power berries
  3. Menambang di dekat Hot Springs
  4. Menambang di Winter Mine
  5. Pergilah ke tanah lapang di gunung yang biasanya ditumbuhi banyak bunga, di sana ada pohon cedar dan tebanglah. Saat lo mau nebang tu pohon, pohon itu akan berbicara dan memohon agar jangat tebang, maka janganlah ditebang dan lo bakalan diberi power berries (mulai 11.00 AM)
  6. Hadiah yang diberikan jika kau juara 1 dalam lomba renang Summer
  7. Tanamlah sedikitnya 99 bunga dan ibu Mary akan datang meminta beberapa, jikau kau memberikannya sepuas yang dia mau, lo bakal dapet power berries darinya
  8. Memancinglah di laut
  9. Ambilah hasil panen dan lempar di belakang air terjun (masuk ke air) dan akan muncul peri. Setelah lo melakukan beberapa kali lo bakal dapet power berries darinya.
  10. Nah, yang ke sepuluh ini yang gue rada gat au di mana. Tapi temen gue pernah ngasih tau tempatnya ada di sekitar Winter Mine tapi gue sendiri ga tau tepatnya.

Hal sepele lain tapi cukup penting adalah barang-barang kesukaan gadis. Jika kau memberikan barang yang tepat, gadis itu akan bertambah warna ikon hatinya dan akan semakin mudah untuk lo ajak nikah.

1. Karen

Pada dasarnya cewek satu ini suka dengan makanan yang instant seperti wine dan pop corn dan juga sangat membenci makanan manis seperti selai dan roti manis

2. Eli

Kalau cewek yang sati ini paling mudah ditaklukkan. Cukup beri bunga dan dia akan sangat senang

3. Popuri

Seperti latar belakang sebagai keluarga peternak ayam, gadis satu ini paling suka dengan teluar ayan dan segala makanan olahannya serta dia suka bunga terutama bunga saat Summer

4. Ann

Walaupun Ann meruapakan cewek yang tombi, tapi dia suka sekali masak. Jadi hampir banyak makanan yang dia sukai tertuama roti dan telur rebus

5. Mary

Cewek terakhir ini aneh sekali, karena menyukai benda yang tak disukai gadis pada umunya seperti jamur, rebung, dan jamur beracun.

Dua poin tadi semoga dapat bantu kalian yang masih penasaran dengan game ini walaupun mungkin kalian udah ga main lagi. Masih banyak sebenarnya misteri/cheat yang gue tahu, tapi dari pada menuhin artikel, yang mau ditanyain bisa contact gue aja....


The Real Magical Place that You Must Know

Suka nonton film Harry Potter tentunya. Sekarang pun untuk filmnya sudah akan menginjak episode terakhir yang sekuel ketujuhnya bakalan dibuat 2 soasson.

Tapi tau ga tempat-tempat di Harry Potter itu sebenarnya di mana. Nah, ini dia beberapa draft tempat yang digunakan buat pengambilan gambarnya:

  1. Australia House, The Strand, London (Gringott’s Bank)
  2. Bodlein Library, Oxford (Hogwarts Interiors)
  3. Alnwick Castle (Out Scenes of Hogwarts)
  4. Christ Church, Oxford (Hogwarts Interiors)
  5. Durham Cathedral (Hogwarts Interiors)
  6. Goathland railway station, Yorkshire (Hogsmeade Station)
  7. Gloucester Cathedral (Hogwarts Corridors)
  8. Lacock Abbey, Wiltshire (Hogwarts Interiors)
  9. King’s Cross Station, London (King’s Cross Interior)
  10. Leadenhall Market, London (Diagon Alley)

Sabtu, 07 November 2009

Benarkah Panic at the Disc bakalan bubar?

Dengar kabar bahwa band unik dan fantastis "Panic at the Disco" bakalan bubar. Kabar (semoga saja hanya isu tak benar)ini memang cukup membuat fansnya di berbagai negara menjadi kecewa dan merasa sayang kenapa band selevel PATD bakal bernasib berantakan seperti ini.

Tapi bubarnya PATD kabarnya bukan lantas benar-benar bubar absurt dan tak ada bekas, tapi lebih dekarenakan personilnya banyak yang vakum.

Walaupun sebenarnya dari pihak managemen maupun pihak PATD sendiri juga tak mengatakan bahwa mereka bubar.

Semoga saja PATD tetap bisa eksis dan tetap menghasilkan lagu-lagu bernuansa unik dan tak ada duanya.

Chiayoooo PANIC AT THE DISC.....
Your songs have different spirit.....

Rabu, 08 April 2009

CERPEN (TAK PERLU REINKARNASI)

Letupan demi letupan serta puluhan letusan masih teringat dan terdengar di telingaku. Berulang kali doa dan harap kupanjatkan pada Tuhan Sang Pemegang Kuasa atas segala sesuatu. Berangan agar semua ini kembali seperti semula.

Hati mulai tenang.

..........

Tak terdengar tembakan lagi semenjak tembakan besar dua jam yang lalu. Sekarang yang terdengar dari dalam rumahku hanya gemuruh orang panik. Aku tetap di dalam rumah bersama ibuku yang lemah serta adik bayiku yang tidak berdaya. Ibuku selalu saja menangis. Mungkin beliau belum bisa menerima kepergian ayahku yang sepuluh jam lalu mati terkena bom geranat para tentara Jahanam. Terlihat kerudung merahnya basah air mata. Aku juga merasa sangat getir dengan keadaan ini. Apa sih maksud orang-orang biadap itu melakukan ini semua.

Waktu menunjukan hampir tengah malam. Tetap mencekam.

Suasananya tetap sama saja. Sepi yang mengerikan. Lebih mengerikan dari pada menunggu dirimu dieksekusi mati. Lebih mengerikan dari seseorang yang umurnya masih sepuluh detik. Sangat mengerikan.

Hatiku masih dicekam ketakutan. Ibu tak henti menangis. Adikku tak jauh berbeda. Dia tidur dengan raut muka tak nyenyak. Kuputuskan menonton TV dengan harapan dapat menghiburku walaupun sebenarnya keinginanku adalah dapat melihat siaran tentang tentara-tentara tak berperi kemanusiaan itu menyerah dan mencukupkan semua perang ini.


Tapi nihil, tak ada acara yang dapat mendendangkan kebahagian di hatiku. Semua channel diisi dengan acara perayaan tahun baru.


“Apakah yang telah kami lakukan sehingga tuhan menghukum kami. Orang-orang di nun jauh sana bisa bersenang-senang merayakan tahun baru dengan pesta dan kembang api. Tapi kenapa kita malah dihujami kepanikan dan tindasan. Aku hanya ingin keadaan kembali tenang. Aku tak ingin pesta, perayaan, ataupun kembang api. Hanya membuang-buang waktu saja. Aku hanya ingin ketenangan. Aku hanya ingin ketenanga, ya, aku hanya ingin ketenangan!!”

Ibu mulai tenang. Beliau sekarang berbaring meluruskan tulang punggungnya yang terlihat sangat tegar dan letih. Ibu mulai memejamkan mata untuk tidur. Aku melihatnya dengan hati takjub dan penuh asa. Wajah ibu terlihat sangat tak tenang walaupun dalam tidur. Perutnya terlihat mengembang dan mengempis menghirup udara di tengah tidurnya. Seakan udara ini akan segera habis jika tidak segera dihirup.

Aku masih juga belum bisa tidur. Kepala dan dadaku serasa tertusuk penuh udara dingin sesak yang kadang terasa dingin dan kadang juga terasa panas. Kubuka jendela kamarku. Dingin semakin menusuk dan meraba tanpa belas kasihan ke seluruh kulitku. Tapi ini lebih baik.

Kupandangi langit yang biru tua pucat tanpa bintang. Masih tersisa asap-asap hitam pekat beterbangan. Suara-suara ambulan samara-samar terdengar. Jalanan di dekat rumahku mulai sepi dari keramaian orang panik beberapa menit lalu. Tapi aku yakin tak jauh dari sini puluhan orang sedang berlari minta tolong dengan badan penuh luka parah.

Tiba-tiba di langit terlihat kilatan cahaya putih kekuningan yang tampak sangat kecil tapi berkilat-kilat semakin membesar. Semakin lama semakin mendekat jatuh ke bumi. Sampai di bawah hanya terlihat sinar kuning tua. Siapa yang merayakan tahun baru dalam keadaan seperti ini. Aku berpikir keheranan. Tapi Keanehan itu terjawab. Cahaya kekuningan itu sekarang semakin banyak Terlihat cahaya itu seperti dikeluarkan dari suatu titik di atas langit. Titik yang menjatuhkannya pun semakin lama semakin mendekat kearah rumahku.
Aku sadar. Itu bom!!! Hatiku pecah teriris. Apa akan terjadi lagi. Apa hidupku hanya sampai disini. Ya Tuhan, ampuni hamba. Cobaan apa yang engkau berikan. Apa yang harus hamba lakukan. Berilah hamba pertolongan, Ya Tuhan.


Titik cahaya itu semakin dekat dan terlihat semakin besar. Kubangunkan ibu dengan lembut bercampur rasa tak sabar. Ibu bangun dengan penuh keikhlasan walaupun terbebani. Kulihat matanya sangat teduh memandangku.

“Ada apa Is?”

“Ibu! Kita dijatuhi bom lagi! Kita harus cepat pergi!!.” suaraku sudah tak karuan.

Dari sela-sela mata ibuku keluar air mata sedikit demi sedikit. Beliau terlihat sangat sabar menghadapi ini semua walaupun nyawa mungkin sebentar lagi hilang. Ibu berlari menuju jendela. Kemudian menggendong adik bayiku erat-erat. Tak ambil banyak waktu, menggandengku, tak mau aku lepas.

Kami pun keluar dengan rasa panik tak terkira. Di luar sudah banyak orang yang menyadari adanya pesta bom di langit. Ada seorang laki-laki paruh baya yang kebingungan mencari perlindungan bersama keluarganya. Ada juga nenek yang tampak susah berdiri tetap mencoba untuk berlari. Andai aku mempunyai kuasa untuk tetap hidup walaupun aku tersengat radiasi bom, aku akan menolong semua orang di sini. Tapi ternyata itu tak kumuliki. Maaf, saudara-saudaraku. Air mataku merebak bagai anak bendungan yang telah jebol.

Langit-langit halaman seperti senja yang baru datang. Cukup terang. Itu berarti bom itu hanya tinggal beberapa kilometer dari sini. Sambil berlari, tangan kanan ibuku yang mantap semakin erat meremas pergelangan tangan ku sedangkan tangan kirinya tetap menggendong adikku dengan susah payah.

Kami semua berlari tanpa tujuan yang tepat. Berlari walaupun mungkin tak ada ujung di depan, atau bahkan kita tak bisa menggapai ujung itu. Tapi toh kita tetap berlari sekuat tenaga. Meyakini hal yang sangat absurt secara logika. Gemuruh terus bertambah keras. Sekeras aku terus berusaha berlari bersama seluruh saudaraku di sini.

Semakin lama kerumunan orang berlari semakin banyak. Kami semakin sulit berlari menjauh dari kejaran bom karena harus menghindari beberapa orang agar tidak tertabrak. Aku sangat kagum dengan ibuku. Beliau tetap berlari dengan gagah bak pahlawan. Yakin di depan sana adalah kehidupan milik kita semua. Miliknya, milikku, milik adikku, dan milik semua saudaraku.

Tiba-tiba genggaman ibuku lepas. Aku sedikit lambat menyadarinya karena terlalu berkonsentrasi dengan lariku. Ibuku tertinggal sepuluh meter dibelakangku. Sepertinya kakinya terkilir. Beliau tampak kesakitan tak bisa berdiri, apalagi bangkit untuk berlari lagi sementara cahaya di langit semakin terang.

Aku mencoba kembali. Tapi baru beberapa langkah kakiku berpijak, badanku terhuyung karena sebuah tangan mencoba menggandengku dengan paksa.

Pegangannya sangat kuat.

“Lepaskan!! Ibuku masih tertinggal!” aku berteriak karena belahan hidupku tertinggal di belakangku.

“Tak ada waktu nona.” bisiknya pelan. Walaupun aku yakin sebenarnya ia berteriak. Tarikannya sangat kencang dan tak dapat ditolerir. Ibuku semakin tertinggal jauh. Aku terus saja berteriak. Tiba-tiba terdengar dentuman keras diikuti semacam badai pasir yang arahnya di belakangku. Udara menjadi semakin panas. Aku bersama pria yang menarikku serta semua orang di sekelilingku terhempas sangat keras ke sagala arah. Hingga akhirnya sebelum badanku meyentuh tanah, aku tak sadarkan diri.

Hanya gelap yang kurasa. Punggungku terasa penuh goresan luka. Lenganku serasa diiris-iris dan kepalaku sangat pusing. Tapi aku akhirnya dapat membuka mataku perlahan. Aku tak percaya dengan diriku sendiri. Ternyata aku masih hidup dan sekarang berada di sebuah tanah lapang dan bersandar di sebuah kayu rongsok. Di sebelahku banyak orang yang kesakitan sambil beberapa perawat mencoba memberikan obat penghilang rasa sakit.

Walaupun badanku remuk akan luka, semua itu menjadi tak terasa apapun karena hatiku lebih terisis-iris mengingat ibu pasti sudah tiada. Aku sudah tak bisa berpikir apa-apa lagi. Aku ingin menangis tapi sepertinya air mataku sudah habis.

Seorang anak kecil, umurnya sekitar lima tahun menghampiriku. Memberikanku secangkir air putih lalu duduk disampingku. Dia sepertinya sudah diobatai karena terlihat dari beberapa bagian tubuhnya diperban.

“Terimakasih dik,” kataku lemah. “Apakah orang tuamu....”

“Ya, kak. Aku kehilangan mereka.” kata anak itu polos tapi penuh kesedihan. Aku yang mendengar itu malah menangis. Anak itu sendiri terlihat lebih tegar dari pada aku.

“Boleh kak aku tidur di pangkuan kakak? Aku lelah sekali, kak. Aku mau tidur.” anak kecil itu meminta. Aku mengangguk kasihan. Dia tidur di pangguanku seperti kucing yang tak makan dua hari penuh.

Di tengah-tengah tidurnya aku mendengar dia mengigau mengatakan sesuatu.

“Tetaplah hidup, kak. Aku melihat kemenangan besuk. Tetaplah di sini karena keadilan akan segera kembali kak. Percayalah. Tapi kalau kakak juga mengantuk, tidurlah bersamaku.” dia berhenti. Tapi napasnya juga ikut berhenti. Aku menangis tersedu-sedu tanpa suara. Segala kenangan menyedihkan dari mulai pengeboman pertama hingga saat ini seakan dipaksa masuk kembali ke dalam kepalaku. Aku ikut berbaring sambil memeluk anak kecil yang telah tiada itu erat sekali. Aku sudah tak mampu lagi berpijak. Akhirnya aku terlelap dalam tidur yang kelam.

Aku berada di dalam kegelapan. Tapi lama-kelamaan cahaya mulai menerangi. Anak kecil yang tidur di pangkuanku muncul di hadapanku.

“Kenapa kamu ikut kesini, kak?” Tanya anak itu lugu.

“Aku sudah tak kuat lagi, dik.” kataku penuh keikhlasan. “Seperti katamu tadi. Aku sangat mengantuk. Jadi aku menyusulmu kemari.”

“Baiklah, kak. Seperti kataku tadi, keadilan akan segera muncul dan mungkin di sini lah tempat kita sekarang bisa hidup. Walaupun kita tak bisa menikmati keadilan itu, paling tidak kita bisa melihatnya dari atas sini. Kita tak perlu reinkarnasi” kata anak itu akhirnya. Kemudian kami berjalan bergandengan menuju suatu tempat yang terang dan menyilaukan. Menuju tempat untuk membantu mempertahankan kebenaran dan keadilan. Di sini lah tempat kami. Kami tak perlu reinkarnasi.